Senin, 19 November 2012

BIOETANOL


LAPORAN PRAKTIKUM FERMENTASI KULIT SINGKONG

1.      HARI/TANGGAL : Senin, 24 September 2012

2.      TUJUAN
·  Menerapkan praktikum berbasis penelitian dengan menggunakan bahan dasar kulit singkong.
·         Mengetahui kadar gula dan kadar alkohol dalam kulit singkong.
·         Membandingkan kadar gula dan kadar alkohol kulit singkong dengan bahan dasar yang lainnya.

3.      DASAR TEORI
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat, dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomiches cerevisiae (ragi) biasanya untuk pembuatan tape, roti, atau minuman keras.
Reaksi kimianya yaitu :
C6H12O6  2C2H5OH + 2CO2 +2 ATP
Energi yang dilepas sebanyak 118 kj per mol. Dapat dijabarkan sebagai berikut, gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → alkohol (etanol) + karbondioksida + energi (ATP). Jalur biokimia yang terjadi sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.


4.      ALAT dan BAHAN
·         Baskom 1 buah
·         Pisau 1 buah
·         Plastik atau kain penutup
·         Panci
·         Ragi 1 potong
·         Kulit singkong kira-kira ½ kg (dari singkong 3 kg)
·         NPK (pupuk)

5.      CARA KERJA
·         Singkong sebanyak 3 kg yang sudah dikupas, kulitnya tidak dibuang melainkan diambil untuk dilakukan fermentasi lagi. Kira-kira diperoleh sebanyak ½ kg.
·         Kulit singkong yang masih kotor, dicuci sampai bersih lalu didiamkan.
·         Selagi menunggu kulit singkong didiamkan, siapkan panci yg sudah diisi air untuk mengukus kulit singkong tersebut.
·         Setelah itu kulit singkong dimasukkan ke dalam panci, dikukus selama kurang lebih ½ jam, sampai kulit singkong tersebut lunak.
·         Setelah ½ jam angkat kulit singkong dari panci, lalu dinginkan.
·         Sambil menunggu kulit singkong dingin, haluskan 1 potong ragi dan 2 sendok pupuk.
·         Lalu, letakkan kulit singkong yang sudah dingin ke dalam baskom, taburi ragi dan pupuk sambil diratakan dengan tangan. Setelah itu tutup dengan plastik kedap udara atau kain.
·         Diamkan selama 3-7 hari.
·         Kemudian, ambil airnya untuk didestilasi.

6.      HASIL PENGAMATAN
Setalah 3 hari didiamkan, lalu plastik dibuka ternyata kulit singkong menjadi kering dan tidak berair. Lalu praktikan menutupnya dengan plastik kembali untuk dilihat perubahannya sampai 7 hari. Setelah 7 hari, ternyata hasilnya tidak berubah. Kulit singkong masih kering dan berbau busuk. Sehingga tidak diperoleh air perasan untuk dilakukan destilasi.
Menurut kelompok kami, hal ini disebabkan karena kesalahan pada saat proses cara kerjanya. Mungkin karena kulit singkong tersebut tidak dihaluskan terlebih dahulu, atau karena kurangnya ragi yang digunakan. Tapi, ini akan menjadi suatu pelajaran penting untuk kelompok kami, karena dengan kegagalan praktikum ini kami bisa tau hal-hal apa saja yang menyebabkan praktikum berbasis penelitian ini gagal.
7.      PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini dilakukan praktikum berbasis penelitian yaitu, fermentasi dengan menggunakan bahan dasar kulit singkong. Praktikum berbasis penelitian ini sangat baik diterapkan kepada mahasiswa, karena bisa melatih mahasiwa untuk bekerja secara mandiri dan kreatif dengan menggunakan berbagai macam sumber. Namun, ada juga dampak negatif dari praktikum berbasis penelitian ini, yaitu salah satunya membutuhkan biaya, apabila gagal maka praktikan harus mengulangnya kembali dari awal, dll.
Fermentasi dengan menggunakan bahan dasar kulit singkong ini mungkin merupakan suatu ide yang cukup unik, karena disini praktikan ingin mengetahui seberapa besar kadar gula yang terkandung dalam kulit singkong, serta kadar alkoholnya. Tetapi, sayang sekali setelah menunggu selama 7 hari, fermentasi kulit singkong ini gagal dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu, pada saat proses kerjanya. Dimana seharusnya bahan yang difermentasi harus dihaluskan terlebih dahulu, namun disini praktikan tidak menghaluskannya, tetapi hanya dipotong kecil-kecil. Yang kedua adalah faktor komposisi dari bahan yang digunakan. Dengan kulit singkong sebanyak ½ kg, mungkin dibutuhkan ragi lebih dari 1 potong. Sehingga, pada praktikum ini praktikan mengalami kegagalan. Karena air hasil fermentasinya saja tidak didapatkan, sehingga tidak bisa dilakukan proses destilasi.

8.      KESIMPULAN
·         Fermentasi dengan kulit singkong ini gagal, karena proses cara kerjanya dan kurangnya komposisi dari bahan yang digunakan.
·         Dari fermentasi ini tidak diperoleh air hasil perasan dari fermentasi untuk dilakukan proses destilasi.
·         Sehingga, tidak diketahui berapa kadar gula dan kadar alkohol yang terkandung dalam kulit singkong. Dan juga belum bisa dibandingkan dengan bahan yang lainnya.

9.      DAFTAR PUSTAKA
·         www.wikipedia.org/wiki.Fermentasi (diakses pada Minggu, 7 Oktober 2012, pukul 20.45)
·         www.ml.scribd.com/doc/26623145/7/Prosesfermentasi (diakses pada Minggu, 7 Oktober 2012, pukul 21.00)
·          www.academia.edu/1035411/TEKNOLOGIFERMENTASISINGKONG (diakses pada Minggu, 7 Oktober 2012, pukul 21.20)

Minggu, 18 November 2012

penentuan kadar etanol dengan K2CrO7


Penentuan kadar etanol
Bahan : K2Cr2O7, H2SO4 pekat, NaS2O3, pati-KI
Alat: labu takar, pipet ukur, pipet volume,labu takar, waterbath, erlenmeyer, buret, dan pilius.
Cara kerja:
1. Mengambil 1 ml sampel pada hari rabu(hari pertama), jumat(hari kedua), dan senin(hari keenam) dengan pipet volume.
2. Memasukkan sample 1ml kedalam labu takar dan tambahkan akuades 100ml sebgai pegencer.
3. Diambil 10 ml dari tiap labu takar (tiap harinya), dan dimasukkan pada erlenmeyer (satu hari diambil 3 sampel yang dimasukkan pada 3 erlenmeyer, masing-masing 10 ml.
4. Menambahkan 10 ml K2Cr2O7di setiap erlenmeyer,menggunakan pipet volume lalu dikocok.
5. Menambahkan 4 ml H2SO4 pekat, lalu dikocok.
6. Memanaskan sample kedalam waterbath 700c selama 15 menit.
7. Mendinginkan sample.
8. Menambahkan pati-KI pada setiap erlenmeyer.(warna menjadi coklat)
9. Mentritasi sample dengan NaS2O3 sampai warna menjadi biru/coklat menjadi hijau/jernih.
10. Melakukan perhitungan kadar etanol dengan rumus untuk mengetahui kadar presentase etanolnya.

penentuan kadar pati dan amilum pada tepung talas



Penentuan Kadar Pati pada tepung talas
1.       Hidrolisis tepung dengan alkohol 80% dalam waterbath.
2.       Endapan dipisahkan dan dihidrolisis kembali dengan 9,2 N HClO4 sebanyak 3 kali dan dinetralisir dengn 1 N NaOH.
3.       Reduksi dengan pereaksi Cu dan Nelson.
4.       Kadar pati diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm.
Penetapan kadar amilosa dilakukan secara iodometri.
1.       Tepung sebanyak 100 mg ditempatkan dalam tabung reaksi
2.       Ditambahkan dengan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N.
3.       Campuran dipanaskan dalam air mendidih hingga terbentuk gel.
4.       Seluruh gel dipindahkan kedalam labu takar 100 ml.
5.       Gel ditambahkan dengan air dan dikocok
6.       Lalu, ditempatkan hingga 100 ml dengan air
7.       Sebanyak 5 ml larutan dimasukan kedalam labu takar 100 ml dan ditambahkan dengan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iod.
8.       Larutan ditempatkan hingga 100 ml, kemudian dikocok dan dibiarkan selama 20 menit
9.       Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm.
10.   Kadar amilosa dihitung berdasarkan persamaan kurva standar ammilosa.
11.   Kadar amilopektin dihitung berdasarkan selisih antara kadar pati dan amilosa.

uji kadar gula


Cara pengujian pada gula
Menurut SNI 01-2892-1992, cara uji gula, ada beberapa metode cara uji pada gula, yaitu:
a.      Metode Luff Schrool
b.      Metode Lane Eylon
Namun pada pembahasan kali ini metode yang akan dibahas hanyalah metode luff schrool.
Bahan yang digunakan :
-          Larutan kaliuk iodida KI 20%
-          Larutan asam sulfat , H2SO4 25 %
-          Larutan Natrium tio sulfat, Na2S2O3 0,1 N
-          Larutan asam klorida,HCl 25 %
-          Indkator kanji 0,5 %
-          Larutan NaOH 4 N
-          Larutan indikator PP
-          Larutan timbal asetat setengah basa atau larutan seng asetat
-          Larutab ammonium hidrogen fosfat, (NH4)2HPO4 10% atau larutan kalium ferosianida


Pembuatan larutan Luff Schrool adalah:
1.      Dilarutkan 143,8 gr Na2CO3 anhidrat dalam kira-kira 300 ml air suling. Sambil diaduk, ditambahkan 50 gr asam sitrat yang telah dilarutkan dengan 100 ml air suling.
2.      Dipindahkan larutan tersebut kedalam labu liter tepatkan sampai tanda garis dengan air suling dan dikocok
3.      Dibiarkan semalam dan disaring bila perlu.
4.      Larutan ini mempunyai kepekatan Cu2 0,2 N dan Na2CO3 2 M.
Cara kerja:
1.      Ditimbang seksama 2 gram sempel dan maasukkan kedalam labu ukur 50 ml ditambahkan air dan dikocok
2.      Ditambahkan 5 ml Pb asetat setengah basa dan goyangkan
3.      Teteskan 1 tetes larutan (NH4)2HPO4 10 % untuk menguji apakah Pb asetat setengah basa sudah diendapkann seluruhnya, teteskan 1-2 tetes  (NH4)2HPO4 10 %. Apabila tidak timbul endapan berrti penambahan  (NH4)2HPO4 10 % sudah cukup
4.      Digoyangkan dan dotepatkan isi labu ukur sampai tanda garis dengan air suling, dikocok 12 kali dibiarkan dan disaring
5.      Dipipet 10 ml larutan hasil penyaringan dan dimasukan kedalam erlenmeyer 500 ml.
6.      Ditammbahkan 15 ml air suling dan 25 ml larutan luff (dengan pipet) serta beberapa butir batu didih.
7.      Dipanskan terus-menerus 10 menit (pakai stopwatch) kemudian diangkat dan segera didinginkan dalam bak berisi es(jangan Goyang)
8.      Setelah dingin ditambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 % larutan H2SO4 25%
9.      Dititas dengan larutan tio 0,1  N dengan larutan kanji 0,5 % sebagai indikator, misalkan dibutuhakn V1 ml tio 0,1 N
10.  Dikerjakan panetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml larutan luff, misalkan dibutuhkann V2 ml tio 0,1 N
Perhitungan:
% guka sebelum inverse =( W1 x fp / W ) x 100 %
Keterangan:
W1       = glukosa, mg
Fp        = faktor pengenceran
W         = bobot contoh (mg)